Hadits Riwayat Muslim

Dari Abu Hurairah, ada seorang yang bertanya, “Ya, rasulullah siapakah orang yang paling berhak kuperlakukan dengan baik?” Nabi bersabda, “Ibumu, kemudian ibumu, kemudian ibumu, kemudian bapakmu, kemudian kerabat yang dekat dan yang dekat” (HR Muslim no 6665).

Rasulullah saw bersabda : Balighu 'anni Walau Ayah. Sampaikanlah dari ku walaupun satu ayat. (HR Bukhari)

Kamis, 15 Desember 2011

Keutamaan Mandi Jum'at

Mandi Jum’at adalah salah satu amalan yang diperintahkan di hari yang penuh barokah, hari Jum’at. Apa saja keutamaan mandi tersebut sebagaimana disebut dalam Sunnah Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam?

Mandi Jum’at Antara Wajib dan Sunnah

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الْغُسْلُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَاجِبٌ عَلَى كُلِّ مُحْتَلِمٍ

“Mandi di hari Jum’at wajib bagi setiap muhtalim (yang telah mimpi basah, artinya dewasa).” (HR. Bukhari no. 879 dan Muslim no. 846).

Imam Syafi’i berkata bahwa wajib di sini ada dua makna. Pertama, wajib, artinya tidak sah thoharoh untuk shalat Jum’at selain dengan mandi. Sedangkan makna kedua adalah wajib di sini bermakna ikhtiyari (pilihan), menunjukkan akhlak mulia dan baik dalam kebersihan. Dimaknakan dengan makna kedua ini berdasarkan kisah dari ‘Utsman bin ‘Affan bersama ‘Umar. ‘Utsman tidaklah mengerjakan shalat (Jum’at) kecuali dengan mandi sedangkan ‘Umar tidaklah memerintahkan shalat Jum’at dengan mandi. Hal ini dapat dipahami bahwa kedua sahabat yang mulia tersebut memahami mandi jum’at itu hanyalah pilihan. (Fathul Bari, 2: 361)

Yang menyatakan bahwa mandi Jum’at itu sunnah juga berdalil dengan dalil berikut.

مَنْ تَوَضَّأَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فَبِهَا وَنِعْمَتْ وَمَنْ اغْتَسَلَ فَالْغُسْلُ أَفْضَلُ

“Barangsiapa berwudhu di hari Jum’at, maka itu baik. Namun barangsiapa mandi ketika itu, maka itu lebih afdhol.” (HR. An Nasai no. 1380, At Tirmidzi no. 497 dan Ibnu Majah no. 1091). Hadits ini diho’ifkan oleh sebagian ulama. Sebagian lagi menshahihkannya semacam Syaikh Al Albani rahimahullah[1].

Kalaupun dikatakan wajib, itu bukan merupakan syarat sah shalat Jum’at. Artinya, jika seseorang mengerjakan shalat Jum’at tanpa mandi, maka Jum’atnya sah. Karena mandi di sini adalah amalan tersendiri. (Fathul Bari, 2: 361)

Intinya, mayoritas ulama menganggap bahwa hukum mandi jumat adalah sunnah dan tidak wajib, namun sebagian lainnya mengatakan wajib. Oleh karenanya, sudah sepantasnya setiap remaja muslim tidak meninggalkan amalan ini, apalagi mengingat keutamaan yang besar dalam mandi Jum’at.

Catatan: Mandi Jum’at disyari’atkan bagi orang yang menghadiri shalat Jum’at dan bukan karena hari tersebut adalah hari Jum’at (Lihat Ar Roudhotun Nadiyah, 83). Sehingga wanita atau anak-anak yang tidak punya kewajiban untuk shalat Jum’at, tidak terkena perintah ini. Namun jika mereka menghadiri Jum’at, tetap diperintahkan untuk mandi. Imam Nawawi berkata, “Mandi Jum’at itu dianjurkan bagi siapa saja yang menghadiri Jum’at baik laki-laki maupun perempuan.” (Al Majmu’, 2: 201)

Keutamaan Mandi Jum’at

Pertama: Sebab mendapatkan ampunan di hari Jum’at.

Dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

مَنِ اغْتَسَلَ ثُمَّ أَتَى الْجُمُعَةَ فَصَلَّى مَا قُدِّرَ لَهُ ثُمَّ أَنْصَتَ حَتَّى يَفْرُغَ مِنْ خُطْبَتِهِ ثُمَّ يُصَلِّىَ مَعَهُ غُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْجُمُعَةِ الأُخْرَى وَفَضْلَ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ

“Barangsiapa yang mandi kemudian mendatangi Jum'at, lalu ia shalat semampunya dan diam (mendengarkan khutbah) hingga selesai, kemudian ia lanjutkan dengan shalat bersama Imam, maka akan diampuni (dosa-dosa yang dilakukannya) antara hari itu dan hari jum'at yang lain. Dan bahkan hingga lebih tiga hari.” (HR. Muslim no. 857).
Dari Salman Al Farisi, ia berkata bahwa Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ يَغْتَسِلُ رَجُلٌ يَوْمَ الْجُمُعَةِ ، وَيَتَطَهَّرُ مَا اسْتَطَاعَ مِنْ طُهْرٍ ، وَيَدَّهِنُ مِنْ دُهْنِهِ ، أَوْ يَمَسُّ مِنْ طِيبِ بَيْتِهِ ثُمَّ يَخْرُجُ ، فَلاَ يُفَرِّقُ بَيْنَ اثْنَيْنِ ، ثُمَّ يُصَلِّى مَا كُتِبَ لَهُ ، ثُمَّ يُنْصِتُ إِذَا تَكَلَّمَ الإِمَامُ ، إِلاَّ غُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْجُمُعَةِ الأُخْرَى

“Apabila seseorang mandi pada hari Jum’at, dan bersuci semampunya, lalu memakai minyak dan harum-haruman dari rumahnya kemudian ia keluar rumah, lantas ia tidak memisahkan di antara dua orang, kemudian ia mengerjakan shalat yang diwajibkan, dan ketika imam berkhutbah, ia pun diam, maka ia akan mendapatkan ampunan antara Jum’at yang satu dan Jum’at lainnya.” (HR. Bukhari no. 883)
Kedua: Meraih pahala seperti berkurban ketika mandi dan bersegera menghadiri shalat Jum’at.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ اغْتَسَلَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ غُسْلَ الْجَنَابَةِ ثُمَّ رَاحَ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَدَنَةً وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الثَّانِيَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَقَرَةً وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الثَّالِثَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ كَبْشًا أَقْرَنَ وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الرَّابِعَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ دَجَاجَةً وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الْخَامِسَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَيْضَةً فَإِذَا خَرَجَ الْإِمَامُ حَضَرَتْ الْمَلَائِكَةُ يَسْتَمِعُونَ الذِّكْرَ

“Barangsiapa mandi pada hari jumat sebagaimana mandi janabah, lalu berangkat menuju masjid, maka dia seolah berkurban dengan seekor unta. Barangsiapa yang datang pada kesempatan (waktu) kedua maka dia seolah berkurban dengan seekor sapi. Barangsiapa yang datang pada kesempatan (waktu) ketiga maka dia seolah berkurban dengan seekor kambing yang bertanduk. Barangsiapa yang datang pada kesempatan (waktu) keempat maka dia seolah berkurban dengan seekor ayam. Dan barangsiapa yang datang pada kesempatan (waktu) kelima maka dia seolah berkurban dengan sebutir telur. Dan apabila imam sudah keluar (untuk memberi khuthbah), maka para malaikat hadir mendengarkan dzikir (khuthbah tersebut).” (HR. Bukhari no. 881 dan Muslim no. 850)

Semoga dengan bahasan singkat ini semakin menyemangati kaum muslimin untuk melaksanakan amalan yang satu ini serta bisa terus menjaganya. Wallahu waliyyut taufiq

Rabu, 14 Desember 2011

Malaikat Pencabut Nyawa

Sebagian Para Nabi berkata kepada Malaikat pencabut Nyawa. “Tidakkah Kau memberikan Aba-aba atau peringatan kepada Manusia bahwa kau datang sebagai malaikat pencabut nyawa sehingga mereka akan lebih hati-hati?”

Malaikat itu menjawab. “Demi Alloh, aku sudah memberikan aba-aba dan tanda-tandamu yang sangat banyak berupa penyakit, uban, kurang pendengaran, penglihatan mulai tidak jelas (terutama ketika sudah tua). Semua itu adalah peringatan bahwa sebentar lagi aku akan menjemputnya. Apabila setelah datang aba-aba tadi ia tidak segera bertobat dan tidak mempersiapkan bekal yang cukup, maka aku akan serukan kepadanya ketika aku cabut nyawanya: “Bukan kah aku telah memberimu banyak aba-aba dan peringatan bahwa aku sebentar lagi akan datang? Ketahuilah, aku adalah peringatan terakhir, setelah ini tidak akan datang peringatan lainnya “ (HR imam qurthubi)

Beginilah cara kerja Malaikat Maut
Nabi Ibrahim pernah bertanya kepada Malaikat maut yang mempunya dua mata diwajahnya dan dua lagi tengkuknya. “Wahai malaikat pencabut nyawa, apa yang kau lakukan seandainya ada dua orang yang meninggal diwaktu yang sama; yang satu berada di ujung timur yang satu berada diujung barat, serta ditempat lain tersebar penyakit yang mematikan dan dua ekor bintang melata pun akan mati?”

Malaikat pencabut nyawa berkata:” Aku akan panggil ruh-ruh tersebut, dengan izin Alloh, sehingga semuanya berada diantara dua jariku, Bumi ini aku bentangkan kemudian aku biarkan seperti sebuah bejana besar dan dapat mengambil yang mana saja sekehendak hatiku “(HR abu Nu’aim)

Ternyata Orang Mati Mendengar Tapi Tidak Bisa Menjawab
Rosullulloh SAW memerintahkan agar mayat-mayat orang kafir yang tewas pada perang badar dilemparkan ke sebuah sumur tua. Kemudian beliau mendatanginya dan berdiri di hadapannya. Setelah itu, beliau memanggil nama mereka satu-satu: “Wahai fulan bin fulan, fulan bin fulan, apakah kalian mendapatkan apa yang telah dijanjikan oleh Tuhan kalian untuk kaliab betul-betul ada? Ketahuilah sesungguhnya aku mendapatkan apa yang dijanjikan Tuhanku itu benar-benar ada dan terbukti.”

Umar lalu bertanya kepad a Rosulullah. “Wahai Rasul, mengapa engkau mengajak bicara orang-orang yang sudah menjadi mayat?”

Rosullah menjawab. "Demi Tuhan yang mengutusku dengan kebenaran, kalian memang tidak mendengar jawaban mereka atas apa yang tadi aku ucapkan, Tapi ketahuilah, mereka mendengarnya, hanya saja tidak dapat menjawab” (HR Bukhari Muslim)


* Rico sadewo

Barakallahu Fikum
Wassalamualaikum :)

Minggu, 11 Desember 2011

Kesetiaan !!

Al-Qur'an memberikan penjelasan mendasar mengenai sifat dasar manusia. Semua ciri kepribadian orang kafir yang jahat dan juga sifat baik orang beriman disebutkan.

Tentu saja sifat orang mukmin yang ikhlas dan dapat dipercaya, berbeda jauh dengan sifat orang kafir. Demikian juga sifat penyayang orang beriman, keberanian dan kerendah-hatiannya, berbeda jauh dengan orang kafir yang sombong, zalim, kejam, dan egois. Sebuah keistimewaan yang membedakan dua kelompok ini ialah kesetiaan atau ketidaksetiaan. Orang kafir sulit setia karena mereka termotivasi oleh kepentingan pribadi yang membuat mereka tidak memiliki teman sejati maupun saudara dekat. Dan mereka mudah menyerah terhadap sesuatu yang mereka perjuangkan yang mereka pikir benar.

Namun orang beriman memiliki sifat yang benar-benar berbeda. Tindakan yang mereka terapkan pada perbuatan dan hidup mereka merupakan penjabaran ayat "Sesungguhnya shalatku, ketaatanku, hidupku dan matiku semuanya untuk Allah Tuhan semesta alam (Al-An'am:162). Sebagai akibatnya, orang yang beriman memiliki perhatian penuh terhadap kelakuan mereka yang bertujuan memenuhi keinginan Allah. Kendatipun tidak ada keuntungannya, mereka tidak pernah meninggalkan jalan kebenaran serta senatiasa menunjukkan kesetiaan yang tetap teguh dan tidak tergoyahkan kepada orang beriman dan utamanya kepada pemimpin orang beriman. Allah menggambarkan kesetiaan yang ditunjukkan oleh orang beriman sebagai berikut:

Di antara Para Mukmin itu ada orang-orang yang benar-benar setia terhadap janji mereka kepada Allah, di antaranya ada yang gugur dan ada pula yang menanti-nanti takdir. Akhirnya tidak seorangpun dari mereka yang berobah pendirian prasetianya Di antara para tokoh sahabat Nabi ada yang menyatakan prasetia untuk berjuang sampai gugur sebagai pahlawan (syahid), masing-masing ialah: Usman, Thalha, said bin Yazid, Hamzah, Mush'ab bin Umair. dan lain-lainAl-Ahzab:23

Kesetiaan menjaga semua orang beriman yang berperang untuk iman mereka, adalah suatu tekad bulat. Kebulatan tekad ini penting bagi komunitas orang beriman yang tabah. Seorang Mukmin akan gagal menjaga kehormatan, jika sekali saja menunjukkan ketidaksetiaan. Sekali saja orang kehilangan kehormatan dirinya, maka secara berangsur-angsur dia mendekati titik hilangnya iman. Sesudah itu keadaan memburuk dengan sangat cepat dan dia kembali melakukan kebiasaan lama yang tercela seperti halnya orang kafir dan munafik lakukan. Ini karena kekafiran mendukung seseorang untuk melakukan penipuan. Pertama-tama dia melampaui batas dengan mencoba menyembunyikan ketidak-setiaannya dari orang beriman lain. Kemudian dia mulai berbohong dan melakukan usaha yang terus-menerus untuk mencurangi mereka. Lalu 'bakat'nya dalam berbohong membuatnya merasa bahwa dia dapat benar-benar menipu orang beriman dan mulai mengadopsi cara hidup yang mencari keuntungan secara tidak adil dari mereka. Hal ini menandakan keadaan pikiran di mana penipu tersebut tidak merasakan lagi cinta kepada orang beriman. Dalam keadaan begini, dia lebih mencari kerelaan manusia daripada kerelaan Allah. Itulah sebabnya dia berjuang mati-matian untuk membela gengsinya yang tinggi. Dia memandang segala sesuatu yang mungkin merusak gengsinya sebagai ancaman serius dan berusaha lebih keras melindungi dirinya dengan mengatakan lebih banyak lagi kebohongan. Ketika orang beriman mulai merasakan kebohongannya, dia menunjukkan lebih banyak lagi ciri kemunafikan. Pada titik ini dia mencoba mengakui kesalahan guna menyelamatkan muka. Tetapi usaha ini mengubah dia sepenuhnya menjadi jenis orang yang tidak ragu lagi bersekutu dengan orang kafir dan orang munafik.

Rangkaian peristiwa yang disebutkan di atas dalam beberapa hal mengungkapkan bagaimana ketidaksetiaan yang walaupun sedikit, dapat menyebabkan seseorang terjerumus kepada kemurtadan. Sebaliknya orang mukmin yang benar keimanannya tetap teguh bertekun dalam kebenaran sampai hari kematian mereka, karena mereka berhutang kepada Allah. Hal ini dicatat di dalam ayat berikut:

Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, berarti dia telah mentaati Allah Mentaati perintah-Nya dan menjauhi larangannya. Dan siapa yang membangkang, maka Kami tidak mengutusmu untuk bertindak sebagai Pemeliharanya. An-Nisa:80

Orang mukmin hendaknya peka terhadap kebenaran. Sambil memberitahu kita tentang orang munafik yang siap lari dari kewajiban, Allah memerintahkan kita memberi perhatian terhadap sumpah yang mereka ucapkan bahwa mereka tidak akan surut berbalik dan karenanya siap memikul tanggung jawab berat.

Padahal dahulu mereka sudah berjanji tidak akan mundur ke belakang Khianat. Sedang janji kepada Allah itu harus dipertanggung-jawabkan. Al-Ahzab:15

Bersumpah kepada Allah sangat berat. Karenanya Allah memerintahkan orang beriman:

Dan janganlah kamu pertukarkan perjanjian dengan Allah itu dengan imbangan harga yang murah. Sesungguhnya apa yang tersedia di sisi Allah, jauh lebih baik, jika kamu mengetahui. An-Nahl:95

Tidak diragukan lagi, tanda terpenting dari kesetiaan adalah kepatuhan. Kepatuhan merupakan sifat penting orang beriman sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qur'an, merupakan kunci untuk mendapatkan rahmat Allah guna memperoleh surga dan meraih kemenangan atas orang kafir.

Taatilah Allah dan Rasul, semoga kamu diberi rahmat. Al-Imran:132.
Itulah Hukum Syariat Allah. Barangsiapa yang patuh kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya dimasukkan-Nya ke syurga yang banyak mengalir sungai-sungai di dalamnya, sedang mereka kekal di sana. Dan itulah keberuntungan yang sangat besar.An-Nisa:13
Hai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taati pulalah Rasul serta pemegang kekuasaan Artinya kepala negara, ulama, pemimpin dsb. tempat tumpuan hajat hidup dan kemaslahatan umum. Jika mereka telah bersepakat memutuskan sesuatu perkara, maka keputusan itu wajib diturut dengan syarat tidak bertentangan dengan hukum Tuhan dan sunnah Rasul-Nya di antaramu. Kalau kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, kembalilah kepada kitab Allah dan sunnah Rasul, jika benar-benar kamu beriman kepada Allah dan Hari Akhirat. Yang demikian itu lebih utama dan lebih baik akibatnya. An-Nisa:59
Tidaklah Kami utus Rasul itu kecuali untuk ditaati dengan izin Allah. Kalau mereka setelah menganiaya dirinya sendiri, lalu datang kepadamu sambil memohon ampun kepada Allah. Sedang Rasulpun ikut pula memohonkan ampun, tentu mereka mendapati Allah Maha Penerima tabat dan Penyayang. Maka demi Tuhanmu! Mereka pada hakekatnya belum beriman, sebelum mereka meminta keputusanmu dalam perkara-perkara perselisihan antara mereka. Kemudian mereka tidak menaruh keberatan di dalam hatinya terhadap keputusanmu itu, dan mereka menerima sepenuhnya. An-Nisa:64-65
Dan orang-orang yang mentaati Allah dan Rasul, mereka sejajar dengan orang-orang yang diberi karunia oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, orang-orang yang teguh kepercayaannya kepada Rasul, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang yang salih. Dan mereka adalah sahabat yang sebaik-baiknya. An-Nisa:69

Dalam keadaan bagaimanapun juga, orang mukmin hendaknya berkomitmen untuk senatiasa patuh. Orang munafikpun dapat patuh tetapi hanya pada keadaan yang tidak terlalu keras dan tidak terlalu banyak syaratnya. Namun pada saat sulit dan penuh masalah, hanya orang mukmin sejatilah yang tetap bertekun pada ketaatan mereka. Allah memberitahu kita tentang orang-orang munafik yang hidup di jaman Nabi. Mereka sulit untuk berperang di jalan Allah. Namun mereka mau bergabung ketika ada "keuntungannya dan mudah perjalanannya"

Berangkatlah ke medan perang dalam keadaan suka dan duka dan berjuanglah dengan harta dan jiwa ragamu di jalan Allah! Itulah yang lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Jika ajakanmu itu kepada satu keuntungan yang mudah diperoleh dan jarak perjalananpun terasa dekat pula tentu mereka mengikutimu. Tetapi jika perjalanan yang kamu anjurkan itu terasa amat jauh oleh mereka. Mereka akan bersumpah dengan nama Allah: "Kalau kami sanggup, tentulah kami berangkat bersama-sama denganmu". Cara yang demikian itu akan membinasakan jiwa mereka sendiri, karena Allah mengetahui bahwa mereka betul-betul berdusta. At-Taubah:41-42

Salah satu sifat utama orang beriman ialah memelihara kepatuhan mereka dalam setiap keadaan dan dalam keadaan bagaimanapun juga. Al-Qur'an memberitahu kita tentang sikap yang berbeda dari orang kafir dan orang mukmin.

Mereka berkata: "Kami beriman kepada Allah dan Rasul. Tetapi setelah itu sebagian mereka ada yang berpaling. Sebenarnya mereka itu bukanlah orang-orang yang beriman. Dan apabila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasulnya, supaya ia dapat mengadili perkara di antara mereka, ada segolongan di antara mereka yang menolak untuk datang. Tetapi kalau putusan hukum akan menguntungkan mereka, mereka datang dengan patuh memenuhi panggilan Rasul itu. Apakah hal itu karena dalam hati mereka ada penyakit? Atau apakah mereka merasa ragu-ragu, atau mereka merasa tidak takut kalau-kalau Allah dan Rasul-Nya tidak berlaku adil terhadap mereka? Sebenarnya merekalah yang tidak mempunyai rasa keadilan! Lain halnya dengan jawaban kaum Mukmin, bila mereka dipanggil oleh Allah dan Rasul-Nya, supaya ia dapat mengadili perkara di antara mereka, tidak lain ucapan mereka hanya: "Kami mendengar dan kami patuh!" Merekalah orang-orang beruntung! Barangsiapa yang patuh kepada Allah dan Rasul-Nya, serta bertakwa kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang mendapat kemenangan. Mereka bersumpah demi Allah dengan sesungguh-sungguhnya, sehingga jika mereka engkau perintahkan berperang, mereka pasti berangkat. Katakanlah: "Janganlah kamu bersumpah, sebab ketaatanmu itu sudah terkenal buruknya Hanya taat di bibir saja tapi ingkar di hati Sesungguhnya Allah Maha Waspada terhadap segala perbuatanmu. Katakanlah: "Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul. Jika kamu berpaling, maka kewajiban Rasul melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya dan kewajibanmu harus menjalankan tugas yang dibebankan kepadamu. Kalau kamu patuh kepadanya, berarti kamu mendapat petunjuk, sedang kewajiban Rasul hanya sekedar menyampaikan saja dengan tegas. An-Nur:47-54

Kepatuhan kepada Rasul hendaknya datang dari lubuk hati yang terdalam dengan komitmen penuh. Orang beriman hendaknya mengakui bahwa keputusan Rasul adalah benar dan dengan demikian tidak pernah meragukannya. Ini adalah hal yang sangat penting mengingat enggan patuh digambarkan dalam Al-Qur'an sebagai ciri orang kafir (An-Nisa:65).

Kepatuhan adalah tanda pasti dari keimanan seseorang kepada Allah dan keinginan total untuk menjadi hamba-Nya. Hal ini adalah satu-satunya cara untuk mendapatkan keselamatan. Sebagaimana Allah nyatakan dalam surat Al-Anfal:24, Rasul menyeru manusia kepada keselamatan abadi mereka. Dalam ayat lain Allah menyatakan bahwa Rasul memanggil orang beriman kepada keselamatan, kebebasan, kesenangan, dan terhindar dari iblis. Pada ayat 157 Surat Al-A'raf Allah berfirman:

Yaitu mereka yang mengikuti Rasul, yang sifat-sifatnya: pertama, ia adalah nabi yang ummi; kedua namanya telah dituliskan di dalam Taurat dan Injil yang ada pada mereka; ketiga dan keempat menganjurkan berbuat baik dan mencegah perbuatan yang keji; kelima dan keenam menghalkan bagi mereka segala yang baik, mengharamkan kepada mereka segala yang buruk; dan yang ketujuh membekukan peraturan-peraturan yang memberatkan mereka dan mengorak belenggu-belenggu yang mengikatnya Maksudnya Al-Qur'an yang diturunkan kepada Muhammad s.a.w., ialah sebagai pengganti peraturan-peraturan yang sangat keras di dalam Taurat, misalnya ; wajib bunuh diri untuk sahnya tobat, wajib qishas terhadap kasus pembunuhan dan peraturan yang sangat lunak di dalam Injil, misalnya : kalau ditampar orang pipi kanan hendaklah diserahkan lagi pipi yang kiri.. Maka orang-orang yang beriman kepada Nabi yang ummi itu, yang memuliakan dan membantunya; dan yang mengikuti cahaya terang Al-Qur'an yang diturunkan kepadanya, mereka orang-orang yang beruntung. Al-A'raf:157

Kemenangan orang beriman atas orang kafir juga bergantung pada kepatuhan mereka pada Rasul dan para pemimpin mereka. Sebagai jawaban atas kepatuhan mereka, Allah mendukung orang-orang beriman dan memberi mereka kemenangan yang mulia. Akan tetapi jika mereka tidak patuh, mereka kehilangan kekuatan atas orang kafir. Allah mencontohkan kejadian semacam itu pada jaman Nabi pada ayat di bawah ini:

Dan sesungguhnya Allah telah memenuhi janjinya kepadamu. Ketika kamu membunuh mereka dengan izin-Nya, sampai pada saat kamu lemah dan berselisih dalam urusan perang itu, serta melanggar perintah Rasul Ketika perang Uhud, pasukan panah telah diperintahkan oleh Nabi Muhammad s.a.w. tidak boleh meninggalkan posnya, perintah ini telah dilanggar. sesudah Tuhan memperlihatkan kepadamu apa-apa yang kamu sukai. Di antaramu ada yang menghendaki kesenangan dunia dan ada pula yang menginginkan kebahagiaan akhirat. Kemudian Tuhan membelokkan perhatianmu dari menghadapi musuh guna menguji ketabahan dan kekuatan imanmu. Sesungguhnya Allah telah memaafkan kesalahanmu dan Allah itu pemberi kurnia atas orang-orang yang beriman. Ali Imran:152

Keselamatan hanya dapat dicapai melalui kepatuhan. Orang-orang yang tidak mematuhi Rasul dan mengikuti jalan selain jalan orang yang memimpin kepada kebaikan, akhirnya akan menuju neraka. Allah membuat fakta ini menjadi sederhana di dalam Al-Qur'an sebagai berikut:

Dan barangsiapa yang masih juga menantang Rasul, setelah jelas baginya petunjuk yang keluar dari ucapan Rasul itu, dan diikutinya juga jalan yang bukan jalan orang yang beriman, Kami biarkan ia bergelimang dalam kesesatan yang dipilihnya itu untuk kemudian kami masukkan ke dalam Jahanam. Itulah tempat yang seburuk-buruknya. An-Nisa:115

●▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ●ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬●

Jika ada kritik dan saran, aku minta mohon tulis di dinding halaman ini ya, semoga jika ku ada yang salah ku bisa ubah…

Fans Page sahabat sahabat Halaman ini, dia sama dengan halaman ini menyebarkan Dakhwah..
1. Neraka dan penghuni nya -*+
http://m.facebook.com/profile.php?id=115461641883356&refid=5

2. (*•. Aku merindukan Allah .•*)
http://m.facebook.com/profile.php?id=229253623779012&refid=5

3. Ingin memiliki Jodoh yang beriman
http://m.facebook.com/profile.php?id=247494791949091&refid=5

Mudah mudahan bermanfaat untuk kalian semua dengan ada nya halaman yang kami buat ini, Jika ada salah kata mohon maaf kan, semua orang pasti punya salah dan khilaf..

Calon Istri ku..!!!!

Calon istriku…
Aku tidak tau di mana kau berada sekarang.
Aku pun tidak tau kabarmu saat ini.
Semoga Allah merahmatimu dan membimbingmu di sana.

Calon istriku…
Semoga Allah selalu menunjukimu ilmu,
Memudahkanmu untuk beramal,
Dan memantapkanmu dalam ber-Islam.

Calon istriku…
Mendidik anak-anak tidaklah semudah membalikkan telapak tangan.
Dalam berumah tangga pun demikian.
Semoga kau telah siap ketika aku menjemputmu.
Siap untuk mencetak generasi ber-Syakhsiyah Islamiyah.
karena aku ingin kau menjadi ummu warobatul bait (ibu pengatur rumah tangga).

Calon istriku…
Aku akan berusaha membangun rumah tanga seperti Rasulullah,
Rumah tangga yang menjadi harapan semua insan.
Rumah tangga yang penuh dengan ilmu dan nasihat.
Rumah tangga yang di dalamnya dilantunkan ayat-ayat suci Al-Quran.
Rumah tangga yang hidup dengan cahaya keilmuan.

Calon istriku…
Kita bangun rumah tangga yang menjadikan Al-Quran dan Sunnah sebagai pijakan,
menjadikan syariah Islam sebagai landasan dan kepemimpinan berfikir,
dan menjadikan halal dan haram sebagai parameter dalam beraktifitas.

Calon istriku…
Berumah tangga adalah gerbang untuk mencetak generasi baru.
Kita harus mencetak generasi yang akan berjuang untuk Islam.
Berjuang bersama kita dan para pejuang Islam yang lain.
Tidak layak bagi kita berhenti berjuang sebelum kita menginjakkan kaki kita di surga-Nya.
Kita harus terus berusaha sekuat tenaga berjuang demi tegaknya Syariah secara kaffah melalui institusi yang diridhai-Nya, Daulah Khilafah Islamiyah.

Tiada kemuliaan tanpa Islam,
Tak sempurna Islam tanpa Syariah,
Tak akan tegak Syariah tanpa Daulah Khilafah Rasyidah.

●▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ●ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬●

Jika ada kritik dan saran, aku minta mohon tulis di dinding halaman ini ya, semoga jika ku ada yang salah ku bisa ubah…

Fans Page sahabat sahabat Halaman ini, dia sama dengan halaman ini menyebarkan Dakhwah..
1. Neraka dan penghuni nya -*+
http://m.facebook.com/profile.php?id=115461641883356&refid=5

2. (*•. Aku merindukan Allah .•*)
http://m.facebook.com/profile.php?id=229253623779012&refid=5

3. Ingin memiliki Jodoh yang beriman
http://m.facebook.com/profile.php?id=247494791949091&refid=5

Mudah mudahan bermanfaat untuk kalian semua dengan ada nya halaman yang kami buat ini, Jika ada salah kata mohon maaf kan, semua orang pasti punya salah dan khilaf..

Untuk Siapa Cinta Kita Seharus nya?

Cinta adalah perhiasan dunia, karena cinta manusia rela berkorban, karena cinta manusia rela kehilangan harta, bahkan karena cinta manusia rela kehilangan nyawa. Lalu kepada siapakah manusia memberikan cintanya?

Kepada laki-laki tampan atau wanita cantik? Karena hanya dengan melihat wajahnya, hati menjadi tenteram, karena ketampanan atau kecantikannya banyak orang yang terpukau, dan kamu bangga bisa berada di dekatnya. Tapi apakah hanya dengan melihat kamu bisa hidup? Apakah dengan melihat kamu bisa kenyang? Apakah wajah yang baik menjamin hatinya baik? Sadarlah Saudaraku!

Kepada Harta? Karena dengan harta kamu bisa memiliki banyak hal, orang-orang akan menghormatimu, banyak orang yang datang ke rumahmu untuk meminjam uang. Tapi apakah orang akan bersikap baik jika kamu miskin? Apakah yang mereka hormati, kamu atau hartamu? Dan apakah hartamu akan kamu bawa ke dalam kubur?

Sadarlah Saudaraku!!

Kepada Benda? Karena dengan memakainya kamu dikagumi banyak orang, orang akan menyukaimu karena benda yang kamu miliki sangat mahal, atau karena apakah bila kamu memakai benda itu hati mu menjadi tenang, kamu yakin benda itu membuatmu kuat dan sehat. Tapi bukankah yang disukai dan dikagumi orang adalah benda itu? Apakah kamu yakin benda yang tak bisa berbicara bisa menolongmu? Apakah kamu yakin benda itu memiliki kekuatan padahal bila terjatuh lalu terinjak, benda itu tetap diam?

Sadarlah Saudaraku!!!

Kepada Dunia? Karena di dunia kamu bermimpi dan berusaha, dunia adalah tempat mencapai impian, banyak orang yang bermimpi untuk menguasai dunia. Tapi apakah kamu akan abadi hidup di dunia? Apakah kamu yakin masih ada hari esok untukmu? Apakah kamu pikir dunia ini akan tegak selamanya?

Sadarlah Saudaraku!!!!

Lalu kepada siapakah kita cinta?
Apakah kah kamu lupa siapakah yang menciptakan laki-laki tampan dan wanita cantik? Dialah Yang Maha Indah dan Maha Pencipta.

Apakah kah kamu lupa siapakah yang memberimu rezeki yang melimpah? Dialah Yang Maha Kaya dan Maha Pemberi Rezeki .

Apakah kah kamu lupa siapakah yang menciptakan benda-benda di dunia agar bisa kita manfaatkan? Dialah Yang Maha Tahu dan Maha Pintar.
Apakah kah kamu lupa siapakah yang menciptakn dunia serta alam semesta? Dialah Yang Maha Besar, Yang Maha Agung dan Maha Perkasa.

Apakah kah kamu lupa siapakah Dia sebenarnya? Dialah Allah SWT Tuhan dari semua makhluk. Sudah sepatutnya kita mencintai Allah SWT melebihi cinta terhadap apapun atau siapapun! Untuk Allah di atas segalanya…

SUDAH SADARKAH KAMU, SAUDARAKU??

●▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ●ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬●

Jika ada kritik dan saran, aku minta mohon tulis di dinding halaman ini ya, semoga jika ku ada yang salah ku bisa ubah…

Fans Page sahabat sahabat Halaman ini, dia sama dengan halaman ini menyebarkan Dakhwah..
1. Neraka dan penghuni nya -*+
http://m.facebook.com/profile.php?id=115461641883356&refid=5

2. (*•. Aku merindukan Allah .•*)
http://m.facebook.com/profile.php?id=229253623779012&refid=5

3. Ingin memiliki Jodoh yang beriman
http://m.facebook.com/profile.php?id=247494791949091&refid=5

Mudah mudahan bermanfaat untuk kalian semua dengan ada nya halaman yang kami buat ini, Jika ada salah kata mohon maaf kan, semua orang pasti punya salah dan khilaf..

Mencari jodoh sebagai suatu ikhtiar

Memang dari ketentuan takdir bahawa jodoh pertemuan, ajal maut dan rezeki di tentukan Allah. Namun manusia tidak mampu menjangkau keputusan takdir Allah itu terhadap dirinya, kerana ia merupakan hak dan ketetapan Allah SWT. Itulah sebabnya Allah menyuruh manusia bekerja atau berikhtiar dalam menuju kepada ketentuan takdir yang telah ditetapkan-Nya. Mengenai jodoh ditentukan Allah ini mengandungi pengertian bahawa jodoh di tentukan Allah dan manusia wajib berikhtiar mencari dan memilihnya sesuai dengan ketentuan yang ditentukan-Nya.

Cita-cita untuk memilih suami mithali atau suami teladan memang ada dalam diri setiap wanita, samada yang sudah berkahwin ataupun mereka yang bakal berkahwin. Kerana ketenangan dan kebahagian rumahtangga hanya dapat dirasakan bagi mereka yang mempunyai pemimpin rumahtangga yang baik. Namun begitu kebanyakan wanita menyimpan rasa malu yang mendalam untuk meluahkan isi hati dan keinginannya jika ia menemui seorang lelaki yang dirasakan sesuai untuk menjadi pasangan dalam hidupnya. Rasa malu ini adalah fitrah yang perlu dijaga teruama berkaitan dengan mengerjakan perkara yang dilarang. Namun dalam masalah pemilihan jodoh ini adalah tidak salah dari segi syarak seorang wanita menyatakan keinginannya terhadap seseorang.

Perkahwinan antara Rasulullah SAW dengan Siti Khadijah adalah melalui luahan hati Khadijah agar Rasulullah SAW meminang dirinya dan menjadikannya sebagai isteri. Dengan perantaraan seseorang maka Khadijah menyatakan hasratnya tersebut, yang akhirnya dipersetujui oleh Rasulullah SAW dengan mengirimkan utusan untuk melamar Siti Khadijah. Rasa malu yang anda ungkapkan diatas bukanlah malu yang dianjurkan syariat tetapi malu yang telah dibina adat melayu sendiri. Padahal yang perlu kita malukan adalah menahan atau mencegah diri dari memenuhi keinginan syarak iaitu menyegerakan perkahwinan jika telah memenuhi syarat yang diperlukan.

Walaupun syarak mengizinkan seorang wanita menyatakan hasratnya (melamar) terhadap lelaki yang menjadi idmannya, namun perlulah diperhatikan adab-adab dan ketentuannya. Gunakanlah pihak ketiga untuk menyampaikan hasrat dan keingan anda tersebut, setelah itu jika lelaki tersebut setuju maka suruhlah ia datang melamar dan menyatakan hasrat persetujuannya kepada wali ataupun orang tua. Wallahu A'lam

Gambaran Neraka

عن حُذَيْفَةَ بْنَ الْيَمَانِ يَقُولُ كَانَ النَّاسُ يَسْأَلُونَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الْخَيْرِ وَكُنْتُ أَسْأَلُهُ عَنِ الشَّرِّ مَخَافَةَ أَنْ يُدْرِكَنِي فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا كُنَّا فِي جَاهِلِيَّةٍ وَشَرٍّ فَجَاءَنَا اللَّهُ بِهَذَا الْخَيْرِ فَهَلْ بَعْدَ هَذَا الْخَيْرِ مِنْ شَرٍّ قَالَ نَعَمْ قُلْتُ وَهَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الشَّرِّ مِنْ خَيْرٍ قَالَ نَعَمْ وَفِيهِ دَخَنٌ قُلْتُ وَمَا دَخَنُهُ قَالَ قَوْمٌ يَهْدُونَ بِغَيْرِ هَدْيِي تَعْرِفُ مِنْهُمْ وَتُنْكِرُ قُلْتُ فَهَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الْخَيْرِ مِنْ شَرٍّ قَالَ نَعَمْ دُعَاةٌ إِلَى أَبْوَابِ جَهَنَّمَ مَنْ أَجَابَهُمْ إِلَيْهَا قَذَفُوهُ فِيهَا قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ صِفْهُمْ لَنَا فَقَالَ هُمْ مِنْ جِلْدَتِنَا وَيَتَكَلَّمُونَ بِأَلْسِنَتِنَا قُلْتُ فَمَا تَأْمُرُنِي إِنْ أَدْرَكَنِي ذَلِكَ قَالَ تَلْزَمُ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِينَ وَإِمَامَهُمْ قُلْتُ فَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُمْ جَمَاعَةٌ وَلَا إِمَامٌ قَالَ فَاعْتَزِلْ تِلْكَ الْفِرَقَ كُلَّهَا وَلَوْ أَنْ تَعَضَّ بِأَصْلِ شَجَرَةٍ حَتَّى يُدْرِكَكَ الْمَوْتُ وَأَنْتَ عَلَى ذَلِكَ

Artinya: Dari Huzhaifah bin Al-Yaman berkata:” manusia biasa bertanya pada Rasulullah SAW tentang kebaikan, sedang aku bertanya kepada beliau tentang kejahatan, karena khawatir akan mengenaiku”. Saya berkata: “Wahai Rasulullah SAW apakah kami dahulu dimasa Jahiliyah dan penuh kejahatan, kemudian Allah mendatangkan dengan kebaikan ini (Islam). Apakah setelah kebaikan ini adalagi keburukan”. Rasul SAW menjawab:”Ya”. Apakah setelah keburukan itu ada kebaikan”. Rasul SAW menjawab:”Ya, tetapi ada polusinya”. “Apa polusinya?”. Rasul menjawab:” Kaum yang mengambil hidayah dengan hidayah yang bukan dariku, engkau kenali dan engkau ingkari”. Saya berkata:” Apakah setelah kebaikan itu ada keburukan?”. Rasul SAW menjawab:” Ya, para penyeru ke neraka jahanam, barangsiapa yang menyambut mereka ke neraka maka mereka melamparkannya ke dalam neraka”. Saya berkata:” Ya Rasulullah SAW, terangkan ciri mereka pada kami?”. Rasul SAW menjawab:” (kulit) mereka sama dengan kulit kita, berbicara sesuai bahasa kita”. Saya berkata:” Apa yang engkau perintahkan padaku jika aku menjumpai hal itu?” Rasul SAW bersabda:” Komitmen dengan jamaah muslimin dan imamnya”. Saya berkata:” Jika tidak ada pada mereka jamaah dan imam?” Rasul menjawab:” tinggalkan semua firqah itu, walaupun engkau harus menggigit akar pohon sampai menjumpai kematian dan engkau tetap dalam kondisi tersebut” (HR Bukhari dan Muslim



Nonton Video disini :)



Tenanglah duhai hati

Setiap hari kita ketawa. Setiap hari kita jumpa kawan. Setiap hari kita dapat apa yang kita nak.

Tapi..kenapa hati kita tak gembira?

Kita sembahyang setiap hari. Kita berdoa selalu pada Allah. Kita mintak sungguh-sungguh pada Allah. Tapi..kenapa susah sangat doa kita nak makbul? Sedangkan Allah ada berfirman.

"Berdoalah pada Ku, nescaya akan Ku kabulkan...,"

Apa masalah kita?
Hati kita tak gembira sebab kita tak pernah bersyukur dengan apa yang kita ada. Kita tak pernah nak menghargai setiap nikmat yang kita dapat. Kita asyik memikirkan benda yang kita tak ada, sampai kita lupa melihat nikmat sekeliling kita.

Kita berdoa, tapi kenapa payah sangat doa kita Allah nak makbulkan?

Sebab kita asyik meminta pada Allah, tapi kita tak pernah mintak ampun pada Allah, sedangkan dosa-dosa kita terlampau banyak pada Allah. Alangkah tidak malunya kita. Kita merintih, kita merayu agar Allah makbulkan doa kita. Tapi, lepas kita dapat kesenangan kita lupa pada Allah, kita tak bersyukur pada Allah. Bila dah datang kesusahan, baru nak ingat Allah balik. Baru nak menangis, merintih..mintak Allah pandang kita. Macam mana Allah nak makbulkan doa kita?

Cuba kita renung diri kita. Cuba hitung, berapa kali kita sebut kalimah syukur dalam satu hari? Tak payah seminggu, cukuplah sehari sahaja. Berapa kali agaknya? Itupun kalau ada sebut la..

Pernah kita bangun malam, solat sunat...solat tahajud..solat taubat? Pernah? Ada...waktu zaman sekolah dulu. Itupun, lepas kene ketuk dengan warden, suruh bangun. Lepas tu...ada? Ada...time dah nak exam...waktu rasa result macam ada aura nak fail. Siap buat solat hajat lagi! Lepas dapat result tu, ada tak buat sujud syukur? Hmm...entah la, tak ingat pulak.

Hari-hari kita buat baik. Kita tolong orang. Kita sedekah dekat orang. Kita buat macam-macam. Tapi kenapa kita tak dapat nak rasa kemanisan setiap perbuatan yang kita lakukan tu? Hati kita tetap jugak tak tenang. Kenapa ye? Sebab dalam hati kita tak ada sifat ikhlas. Mulut cakap ikhlas, hati kata lain. Macam mana tu? Kita tolong orang sebab nak harapkan balasan. Nakkan pujian. Nakkan nama. Kita riak dengan setiap kebaikan yang kita buat. Macam mana hati nak tenang? Bila dapat kejayaan, kita bangga dengan apa yang kita ada. Mula nak menunjuk-nunjuk dekat orang. Sampai lupa siapa sebenarnya yang bagi kejayaan tu dekat kita.

Alangkah tidak malunya kita..., Allah ciptakan kita sebagai khalifah di bumi ni. Kitalah sebaik-baik kejadian yang Allah pernah ciptakan sehinggakan semua makhluk sujud pada bapa kita, Nabi Adam kecuali Iblis Laknatullah. Betapa Allah muliakan kejadian manusia. Tapi, kita sendiri tidak memelihara diri kita. Kita lupa tanggungjawab kita sebagai hamba. Kita lupa kepada yang mencipta diri kita. Bahkan, kita alpa dengan nikmat yang ada. Nabi Muhammad s.a.w, pada saat malaikat ingin mencabut nyawa Baginda, Baginda masih memikirkan umat-umatnya. Ummati! Ummati! Sampai begitu sekali sayang Rasulullah pada kita. Tapi kita....? Kita lupa pada Baginda Rasul. Berat benar lidah kita nak berselawat ke atas baginda. Macam mana hati kita nak tenang?

Lembutkanlah hati kita. Tundukkan lah diri kita pada Allah. Bersyukur dengan nikmat yang Allah pinjamkan pada kita. Semua itu tidak akan kekal. Bila-bila masa Allah boleh tarik balik semua itu. Ikhlas kan lah hati dalam setiap perkara yang kita buat.

Sesungguhnya, hanya Allah sahaja yang berkuasa menilai keikhlasan hati kita. Insya Allah, kita akan dapat merasai kelazatan halawatul iman itu sendiri. Tenanglah dikau wahai hati...

Sabar dan Yakin

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya dan para pengikutnya.

Sesungguhnya jalan-jalan kebaikan sangat banyak maka hendaknya kita senantiasa bersemangat dan bersungguh-sungguh di dalamnya. Seorang mujahid (pejuang) sejati senantiasa berusaha menegakan agama Allah di dalam dirinya dan juga di sekitarnya, maka sesungguhnya jalan menuju hal itu adalah sabar dan yakin. Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: ‘Aku mendengar Syaikhul Islam rahimahullah berkata:

بالصبر و اليقين تنال الامامة في الدين


“Dengan kesabaran dan keyakinan dicapai kepemimpinan dalam agama”, kemudian dia membaca firman Allah,

وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يُوقِنُونَ

“Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar . Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami.” (as Sajdah:24)1

Dan ketahuilah agama kita, agama Islam adalah tinggi, memimpin, dan kuat, maka janganlah lemah dan berputus asa karena lemahnya kaum muslimin dalam satu kurun waktu. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

الإِسْلاَمُ يَعْلُوْ وَلاَ يُعْلَى

“Islam itu tinggi dan tidak ada yang melebihi.”2

Namun patut disayangkan sebagian kaum muslimin berputus asa setelah Allah mengujinya dengan segelintir cobaan. Awalnya begitu rajin mempelajari dan mengamalkan sunnah, tidak ada satu pun majelis taklim di sekitarnya yang dia lewatkan, teman-temannya pun tidak sepi dari nasehat-nasehatnya. Seiring berjalannya waktu semangat itu kian memudar, cahaya sunnah di wajahnya mulai meredup dan dirinya pun semakin jauh dari saudara-saudara seimannya, akhirnya future* pun terjadi. Berbagai sebab yang melatarbelakanginnya mungkin saja terjadi, masalah keluarga, jodoh, pekerjaan dan lainnya. Semoga Allah memberi keselamatan dari yang demikian tersebut.

Saudaraku, ketahuilah semua itu hanya ujian atas keimananmu. Allah hanya ingin melihat seberapa besar keimananmu terhadapNya. Bersabarlah atas apa yang menimpamu dan yakinlah dengan pertolongan Allah. Dan jika engkau merasakan ujian itu begitu menyesakkan dada maka ingatlah apa yang telah disabdakan Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam kepada para sahabatnya, saat mereka mengadu karena banyak dan beratnya bala musibah:

وَاللهِ لَيُتِمَّ اللهُ هذاَ اْلأَمْرَ…وَلكِنَّكُمْ تَسْتَعْجِلُوْنَ

“Demi Allah, Allah akan menyempurnakan perkara ini…akan tetapi kamu meminta segera.”3

Benar! Allah pasti menolong agamaNya dan para hambaNya yang komitmen terhadap agamanya. Allah tidak mungkin membiarkan hambaNya selamanya dalam kesedihan dan kesusahan. Allah berfirman,

مَّا كَانَ اللّهُ لِيَذَرَ الْمُؤْمِنِينَ عَلَى مَا أَنتُمْ عَلَيْهِ حَتَّىَ يَمِيزَ الْخَبِيثَ مِنَ الطَّيِّبِ وَمَا كَانَ اللّهُ لِيُطْلِعَكُمْ عَلَى الْغَيْبِ وَلَكِنَّ اللّهَ يَجْتَبِي مِن رُّسُلِهِ مَن يَشَاءُ فَآمِنُواْ بِاللّهِ وَرُسُلِهِ وَإِن تُؤْمِنُواْ وَتَتَّقُواْ فَلَكُمْ أَجْرٌ عَظِيمٌ

“Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan kamu sekarang ini , sehingga Dia menyisihkan yang buruk (munafik) dari yang baik (mu’min).“ (Ali ‘Imran: 179)

Sekali lagi wahai saudaraku,
Bersabarlah dan kuatkan kesabaranmu , hanya orang-orang yang bersabar yang akan beruntung lagi disempurnakan atasnya nikmat.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اصْبِرُواْ وَصَابِرُواْ وَرَابِطُواْ وَاتَّقُواْ اللّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُون
َ
“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.” (Ali Imran: 200)

Semoga bermanfaat, Sholawat dan salam semoga tercurah kepada Rosulullah serta keluarga dan sahabatnya.

Sabtu, 10 Desember 2011

Memakai Jilbab Berpakaian Ketat

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wa barakatuh

Sebelum saya menjawab hukum bagi seorang muslimah berjilbab tetapi masih berpakaian ketat, terlebih dahulu saya sebutkan kriteria berpakaian yang Islami dan sesuai syari'at.

Diantara kriteria-kriteria pakaian Islami (pakaian taqwa) bagi muslimah adalah:

1. Menutupi seluruh badan, selain yang dikecualikan.

(Periksa terjemah Al Qur'an surat Al Ahzab: 59 dan AN Nur: 31).
Maka semua anggota tubuh bagi muslimah adalah aurot dan wajib ditutupi, kecuali wajah dan kedua telapak tangan karena tidak termasuk aurot, akan tetapi memakai kaos tangan dan cadar adalah lebih baik karena hukumnya sunah afdholiyah (yang utama).

2. Kainnya harus tebal tidak tipis (transparan)

Karena dikatakan menutup aurat itu tidak bisa terjadi kecuali dengan kain yang tebal. Hal ini sebagaimana dalam sebuah hadits, "Pada akhir umatku nanti akan ada wnaita-wanita yang berpakaian namun hakekatnya telanjang, di ataskepala mereka seperti terdapat punuk onta, kutuklah mereka karena sebenarnya mereka adalah kaum wanita yang terkutuk" (HR Thabarani, Hadits Shohih).

Dan dalam riwayat lain ditambahkan:
"Mereka tidak akan masuk surga dan juga tidak akan memperoleh baunya padahal bau surga itu dapat dicium dari perjalanan yang amat jauh" (HR Muslim).

Maksudnya seorang perempuan yang memakai pakaian dengan kain yang tipis dan masih kelihatan auratnya (transparan). Karena kainnya tipis maka pada hakekatnya dia itu berpakaian tapi telanjang, yang mendapatancaman hadits tersebut.

3. Harus longgar, tidak ketat sehingga tidak menggambarkan sesuatu dari tubuhnya.

Karena kalau pakaiannya ketat meskipun tebal, maka pakaian tersebut masih memebrikan gambaran bentuk atau lekuk tubuh. Dengan demikian, hendaklah kaum wanita memakai pakaian yang tebal dan longgar dan tidak ketat.

4. Tidak diberi wewangian dan parfum.

Hal ini berdasarkan hadits shohih dari Abu Musa Al Asy'ari berkata, Rasulullah bersabda:
"Siapapun perempuan yang memakai wewangian, lalu dia melewati kaum lelaki agar mereka mendapatkan baunya, maka dia adalah pezina". (HR NAsai, Tirmidzi Abu Dawud, Ahmad dll)

Karena hal itu akan mengundang fitnah dan menjadi sarana seseorang untuk menzinainya (membangkitkan nafsu birahinya) dan juga dalam hadits Abu Hurairoh, Rasulullah bersabda:
"Jika seorang perempuan keluar menuju masjid sedangkan dia memakai wewangian yang tercium baunya, maka Allah tidak akan menerima sholatnya, sehingga dia pulang ke rumahnya kemudian mandi (terus sholat)." (HR Al Baihaqi, Ibnu Khuzaimah dalam shohihnya dan dishahihkan Syaikh Albani).

5. Tidak menyerupai pakaian laki-laki

Karena Rasulullah melaknat lelaki yang memakai pakaian perempuan dan perempuan yang memakai pakaian laki-laki (HR Abu Dawud, Ibnu Majah, al Hakim dan Ahmad dan haditsnya shohih).

6. Tidak menyerupai pakaian perempuan kafir

Karena hal tersebut akan menyeret pelakunya untuk meniru mode-model dan mode orang kafir dalam berpakaian juga dalam akhlaqnya. Dan juga merupakan bentuk sumbangan kepada mereka karena dia telah melestarikan dan menyebarkan budaya mereka dan kekafirannya.

Rasulullah bersabda, "Barangsiapa menyerupai suatu kaum maka dia termasuk golongan kaum tersebut". (HR Ahmad sanadnya hasan). Dan juga hadits Rasulullah yang lain, "Barangsiapa yang memakai pakaian orang-orang kafir (pendeta, rahib dsb) atau menyerupai mereka maka dia bukan termasuk golonganku". (HRThabrani, hadits ini dhoif tetapi tidak mengapa kalau sebagai syahid/penguat).

Dan masih banyak lagi hadits-hadits yang melarang utuk tasyabuh (menyerupai orang-orang kafir) baik dalam berpakaian, berhias, ibadah dll).

7. Bukan pakaian untuk mencari popularitas (ketenaran) yaitu pakaian yang dipakai dengan tujuan untuk meraih ketenaran ditengah masyarakat yang biasanya dipakai untuk berbangga-bangga dengan sikap angkuh dan sombong.

Rasulullah bersabda, "Barangsiapa mengenakan pakaian untuk mencari ketenaran di dunia, maka Allah akan mengenakan pakaian kehinaan di hari kiamat kemudian membakarnya dengan api neraka" (HR Abu Dawud, Ibnu Majah dengan sanad yang hasan).

Juga bukan merupakan pakaian perhiasan yaitu pakaian (perhiasan) yang biasanya dipakai kaum hawa untuk menarik perhatian kaum lelaki. Dan karena ini pula kaum wanita banyak masuk ke dalam neraka (karena mereka kalau keluar rumah dengan bertabarruj) dan tabarruj adalah perempuan yang menampakkan perhiasan dan kecantikannya yang seharusnya ditutupinya. Karena hal tersebut akan membangkitkan nafsu/syahwat kaum lelaki.

Maka perempuan yang berjilbab tapi berpakaian ketat berarti dia belum sempurna dalam menjalankan keewajibannya yaitu menutupi aurat dan menunjukkan betapa lemah iman yang ada pada dirinya.

Kebenaran itu ada pada Al-Kitab dan As Sunnah bukan karena sudah ngetrend atau biasa dipakai kebanyakan orang. Karena kalau mengikuti kebanyakan orang maka kalian akan tersesat. Wallahu a'lam bi'showab.

Etika Pergaulan Dalam Islam

Berbicara tentang remaja selalu mendapat tanggapan yang beraneka ragam. Sayangnya, sekarang ini kesan yang ada dalam benak masyarakat justru cenderung kebanyakan negatif. Dimulai dari perkelahian antar pelajar, pornografi, kebut-kebutan, tindakan kriminal seperti pencurian dan perampasan barang orang lain, pengedaran dan pesta obat-obat terlarang, bahkan yang sekarang lagi heboh adalah dampak pergaulan bebas yang semakin mengkhawatirkan.
Apalagi sekarang terpaan media informasi di abad millennium ini semakin merambah dengan cepat. Di daerah yang tidak diduga sekalipun bahkan terpencil ada saja tempat untuk pemutaran film-film porno. Rental VCD bertebaran di setiap tempat, belum lagi media cetak yang demikian bebas mengumbar informasi sensual dan kemesuman
Satu masalah yang perlu mendapat perhatian serius adalah bebasnya hubungan antar jenis diantara pemuda yang nantinya menjadi tonggak pembaharuan. Islam sangat memperhatikan masalah ini dan banyak memberikan rambu-rambu untuk bisa berhati-hati dalam melewati masa muda. Suatu masa yang akan ditanya Allah di hari kiamat diantara empat masa kehidupan di dunia ini.

Islam telah mengatur etika pergaulan remaja. Perilaku tersebut merupakan batasan-batasan yang dilandasi nilai-nilai agama. Oleh karena itu perilaku tersebut harus diperhatikan, dipelihara, dan dilaksanakan oleh para remaja. Perilaku yang menjadi batasan dalam pergaulan adalah :

1. Menutup Aurat
Islam telah mewajibkan laki-laki dan perempuan untuk menutup aurot demi menjaga kehormatan diri dan kebersihan hati. Aurot merupakan anggota tubuh yang harus ditutupi dan tidak boleh diperlihatkan kepada orang yang bukan mahramnya terutama kepada lawan jenis agar tidak boleh kepada jenis agar tidak membangkitkan nafsu birahi serta menimbulkan fitnah.
Aurat laki-laki yaitu anggota tubuh antara pusar dan lutut sedangkan aurat bagi wanita yaitu seluruh anggota tubuh kecuali muka dan kedua telapak tangan.
Di samping aurat, Pakaian yang di kenakan tidak boleh ketat sehingga memperhatikan lekuk anggota tubuh, dan juga tidak boleh transparan atau tipis sehingga tembus pandang.
2. Menjauhi perbuatan zina
Pergaulan antara laki-laki dengan perempuan di perbolehkan sampai pada batas tidak membuka peluang terjadinya perbuatan dosa. Islam adalah agama yang menjaga kesucian, pergaulan di dalam islam adalah pergaulan yang dilandasi oleh nilai-nilai kesucian. Dalam pergaulan dengan lawan jenis harus dijaga jarak sehingga tidak ada kesempatan terjadinya kejahatan seksual yang pada gilirannya akan merusak bagi pelaku maupun bagi masyarakat umum. Dalam Al-Qur’an Allah berfirman dalam Surat Al-Isra’ ayat 32:
“Dan janganlah kamu mendekati zina, Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk”
Dalam rangka menjaga kesucian pergaulan remaja agar terhindar dari perbuatan zina, islam telah membuat batasan-batasan sebagai berikut :

1. Laki-laki tidak boleh berdua-duaan dengan perempuan yang bukan mahramnya. Jika laki-laki dan perempuan di tempat sepi maka yang ketiga adalah syetan, mula-mula saling berpandangan, lalu berpegangan, dan akhirnya menjurus pada perzinaan, itu semua adalah bujuk rayu syetan.
2. Laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim tidak boleh bersentuhan secara fisik. Saling bersentuhan yang dilarang dalam islam adalah sentuhan yang disengaja dan disertai nafsu birahi. Tetapi bersentuhan yang tidak disengaja tanpa disertai nafsu birahi tidaklah dilarang.


Tata Cara Pergaulan Remaja
Semua agama dan tradisi telah mengatur tata cara pergaulan remaja. Ajaran islam sebagai pedoman hidup umatnya, juga telah mengatur tata cara pergaulan remaja yang dilandasi nilai-nilai agama. Tata cara itu meliputi :
a. Mengucapkan Salam
Ucapan salam ketika bertemu dengan teman atau orang lain sesama muslim, ucapan salam adalah do’a. Berarti dengan ucapan salam kita telah mendoakan teman tersebut.

b. Meminta Izin
Meminta izin di sini dalam artian kita tidak boleh meremehkan hak-hak atau milik teman apabila kita hendak menggunakan barang milik teman maka kita harus meminta izin terlebih dahulu

c. Menghormati orang yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda
Remaja sebagai orang yang lebih muda sebaiknya menghormati yang lebih tua dan mengambil pelajaran dari hidup mereka. Selain itu, remaja juga harus menyayangi kepada adik yang lebih muda darinya, dan yang paling penting adalah memberikan tuntunan dan bimbingan kepada mereka ke jalan yang benar dan penuh kasih sayang.

d. Bersikap santun dan tidak sombong
Dalam bergaul, penekanan perilaku yang baik sangat ditekankan agar teman bisa merasa nyaman berteman dengan kita. Kemudian sikap dasar remaja yang biasanya ingin terlihat lebih dari temannya sungguh tidak diterapkan dalam islam bahkan sombong merupakan sifat tercela yang dibenci Allah.

e. Berbicara dengan perkataan yang sopan
Islam mengajarkan bahwa bila kita berkata, utamakanlah perkataan yang bermanfaat, dengan suara yang lembut, dengan gaya yang wajar .

f. Tidak boleh saling menghina
Menghina / mengumpat hukumnya dilarang dalam islam sehingga dalam pergaulan sebaiknya hindari saling menghina di antara teman.

g. Tak boleh saling membenci dan iri hati
Rasa iri akan berdampak dapat berkembang menjadi kebencian yang pada akhirnya mengakibatkan putusnya hubungan baik di antara teman. Iri hati merupakan penyakit hati yang membuat hati kita dapat merasakan ketenangan serta merupakan sifat tercela baik di hadapan Allah dan manusia.

h. Mengisi waktu luang dengan kegiatan yang bermanfaat
Masa remaja sebaiknya dipergunakan untuk kegiatan-kegiatan yang positif dan bermanfaat remaja harus membagi waktunya efisien mungkin, dengan cara membagi waktu menjadi 3 bagian yaitu : sepertiga untuk beribadah kepada Allah, sepertiga untuk dirinya dan sepertiga lagi untuk orang lain.

i. Mengajak untuk berbuat kebaikan
Orang yang memberi petunjuk kepada teman ke jalan yang benar akan mendapatkan pahala seperti teman yang melakukan kebaikan itu, dan ajakan untuk berbuat kebajikan merupakan suatu bentuk kasih sayang terhadap teman.

Demikian beberapa tata cara pergaulan remaja yang dilandasi nilai-nilai moral dan ajaran islam. Tata cara tersebut hendaknya dijadikan pedoman bagi remaja dalam bergaul dengan teman-temannya.Mudah-mudahan ini bisa kita jadikan renungan atau muhasabah

Renungan Mengingat kan Kematian

Adakah orang yang mendebat kematian dan sakaratul maut? Adakah orang yang mendebat kubur dan azabnya? Adakah orang yang mampu menunda kematiannya dari waktu yang telah ditentukan? Mengapa manusia takabur padahal kelak akan dimakan ulat? Mengapa manusia melampaui batas padahal di dalam tanah kelak akan terbujur? Mengapa berandai-andai, padahal kita mengetahui kematian akan datang secara tiba-tiba?

“Sesungguhnya kematian adalah haq, pasti terjadi, tidak dapat disangkal lagi. Allah Subhanahu wata’ala berfirman, artinya, “Dan datanglah sakaratul maut yang sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari dari padanya.” (QS: Qaaf: 19)

Adalah salah bila seseorang yang mengira bahwa kematian itu hanya ke-fana-an semata dan ketidak-adaan secara total yang tidak ada kehidupan, perhitungan, hari dikumpulkan, kebangkitan, surga atau neraka padanya!! Sebab andaikata demikian, tentulah tidak ada hikmah dari penciptaan dan wujud kita. Tentulah manusia semua sama saja setelah kematian dan dapat beristirahat lega; mukmin dan kafir sama, pembunuh dan terbunuh sama, si penzhalim dan yang terzhalimi sama, pelaku keta’atan dan maksiat sama, penzina dan si rajin shalat sama, pelaku perbuatan keji dan ahli takwa sama.

Pandangan tersebut hanyalah bersumber dari pemahaman kaum atheis yang mereka itu lebih buruk dari binatang sekali pun. Yang mengatakan seperti ini hanyalah orang yang telah tidak punya rasa malu dan menggelari dirinya sebagai orang yang bodoh dan ‘gila.’ (Baca: QS: At-Taghabun:7, QS: Yaasiin: 78-79)

Kematian adalah terputusnya hubungan ruh dengan badan, kemudian ruh berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain, dan seluruh lembaran amal ditutup, pintu taubat dan pemberian tempo pun terputus.

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, yang artinya: “Sesungguhnya Alloh menerima taubat seorang hamba selama belum sekarat.” (HR: At-Turmu-dzi dan Ibn Majah, dishahihkan Al-Hakim dan Ibn Hibban)

Kematian Merupakan Musibah Paling Besar!!

Kematian merupakan musibah paling besar, karena itu Alloh Subhanahu Wa Ta’ala menamakannya dengan ‘musibah maut’ (QS: Al-Maidah:106). Bila seorang hamba ahli keta’atan didatangi maut, ia menyesal mengapa tidak menambah amalan shalihnya, sedangkan bila seorang hamba ahli maksiat didatangi maut, ia menyesali atas perbuatan melampaui batas yang dilakukannya dan berkeinginan dapat dikembalikan ke dunia lagi, sehingga dapat bertaubat kepada Alloh Subhanahu Wa Ta’ala dan memulai amal shalih. Namun! Itu semua adalah mustahil dan tidak akan terjadi!! (Baca: QS: Fushshilat: 24, QS: Al-Mu’minun: 99-100)

Ingatlah Penghancur Segala Kenikmatan!!
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menganjurkan agar banyak mengingat kematian. Beliau bersabda, yang artinya: “Perbanyaklah mengingat penghancur kenikmatan (maut)” (HR: At-Tirmidzi, hasan menurutnya). Imam Al-Qurthubi rahimahulloh berkata, “Para ulama kita mengatakan, ucapan beliau, “Perbanyaklah mengingat penghancur kenikmatan”, merupakan ucapan ringkas tapi padat, menghimpun makna peringatan dan amat mendalam penyampaian wejangannya. Sebab, orang yang benar-benar mengingat kematian, pasti akan mengurangi kenikmatan yang dirasakannya saat itu, mencegahnya untuk bercita-cita mendapatkannya di masa yang akan datang serta membuatnya menghindar dari mengangankannya, sekalipun hal itu masih memungkinkannya.

Namun jiwa yang beku dan hati yang lalai selalu memerlukan wejangan yang lebih lama dari para penyuluh dan untaian kata-kata yang meluluhkan sebab bila tidak, sebenarnya ucapan beliau tersebut dan firman Alloh Subhanahu Wa Ta’ala dalam surat Ali ‘Imran ayat 185, (artinya, “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati”) sudah cukup bagi pendengar dan pemerhati-nya.!!”

Siapa Orang Yang Paling Cerdik?

Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma pernah berkata, “Aku pernah menghadap Rasululloh shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai orang ke sepuluh yang datang, lalu salah seorang dari kaum Anshor berdiri seraya berkata, “Wahai Nabi Alloh, siapakah manusia yang paling cerdik dan paling tegas?” Beliau menjawab, “(adalah) Mereka yang paling banyak mengingat kematian dan paling siap menghadapinya. Mereka itulah manusia-manusia cerdas; mereka pergi (mati) dengan harga diri dunia dan kemuliaan akhirat.” (HR: Ath-Thabrani, dishahihkan al-Mundziri)
Faedah Mengingat Kematian

Di antara faedah mengingat kematian adalah:
• Mendorong diri untuk bersiap-siap menghadapi kematian sebelum datangnya.
• Memperpendek angan-angan untuk berlama-lama tinggal di dunia yang fana ini, karena panjang angan-angan merupakan sebab paling besar lahirnya kelalaian.
• Menjauhkan diri dari cinta dunia dan rela dengan yang sedikit.
• Menyugesti keinginan pada akhirat dan mengajak untuk berbuat ta’at.
• Meringankan seorang hamba dalam menghadapi cobaan dunia.
• Mencegah kerakusan dan ketamak-an terhadap kenikmatan duniawi.
• Mendorong untuk bertaubat dan mengevaluasi kesalahan masa lalu.
• Melunakkan hati, membuat mata menangis, memotivasi keinginan mempelajari agama dan mengusir keinginan hawa nafsu.
• Mengajak bersikap rendah hati (tawadhu’), tidak sombong, dan berlaku zhalim.
• Mendorong sikap toleransi, me-ma’afkan teman dan menerima alasan orang lain

Selemah Lemah Iman

Jikalau terlintas sesuatu hal yang mengundang murka Allah, apakah lantas kita diamkan? AYo bergerak!

Ada sebuah hadits yang sangat masyhur terkait dengan kewajiban nahi munkar. Hadits tersebut shahih dan diriwayatkan oleh Imam Muslim. Imam Nawawi pun memasukkannya sebagai salah satu dari 40 hadits dalam Arba’in beliau. Berbagai artikel dan dalam banyak bahasan selalu hadits ini diartikan nyaris sama.

Hadits dimaksud adalah seperti di bawah ini:

عَنْ أَبِي سَعِيْد الْخُدْرِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ : مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَراً فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ اْلإِيْمَانِ – رواه مسلم

Abu Sa’id Al-Khudri r.a. berkata: Saya mendengar Rasulullah shollallôhu ‘alaihi wasallam bersabda: ”Barang siapa diantaramu melihat kemungkaran, hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya. Jika ia tak sanggup, maka dengan lidahnya. Dan jika tak sanggup juga, maka dengan hatinya, dan yang demikian itu adalah selemah-lemah iman.” ~ H.R. Muslim

Dari hadits ini, yang dimaksud dengan selemah-lemah iman adalah mereka yang hanya mampu menggunakan hatinya (dengan berdoa) ketika mengetahui sebuah kemungkaran di depan matanya.

Namun, pada halaqah rutin dengan ust. Arif Wibowo Sabtu malam kemarin, saya menangkap pengertian yang sedikit berbeda terhadap hadits itu. Mengutip pendapat Abuya As-Sayyid Muhammad bin Alawy al-Maliki al-Hasani, ust. Arif menyampaikan bahwa kalau matan (isi redaksional) hadits itu pengertiannya seperti ini:

مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَراً فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ اْلإِيْمَان، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ اْلإِيْمَانِ

Barang siapa diantaramu melihat kemungkaran, hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya. Jika ia tak sanggup, maka dengan lidahnya, dan yang demikian itu adalah selemah-lemah iman. Dan jika tak sanggup juga, maka dengan hatinya, dan yang demikian itu adalah selemah-lemah iman.

Kita lihat bahwa yang dimaksud dengan “selemah-lemah iman” bukan hanya orang-orang yang hanya bisa berdoa ketika menjumpai kemungkaran, sebagaimana kita pahami selama ini. Tetapi, mereka yang sebenarnya bisa mengubah kemungkaran dengan (kekuasaan di dalam genggaman) tangannya, tetapi tidak dia lakukan kecuali hanya (menasihati) dengan lisannya, maka dia termasuk selemah-lemah iman. Demikian juga jika ia sebenarnya mampu mengubahnya dengan lisannya, tetapi tidak dia lakukan kecuali hanya berdoa saja, maka dia termasuk selemah-lemah iman.

Sebaliknya, jika seorang yang tidak memiliki kekuasaan apapun dan tidak pula memiliki kemampuan berbicara untuk mencegah kemungkaran itu (ekstremnya dia rakyat jelata yang cacat dan bisu misalnya), tetapi hatinya masih mau menjerit dalam lantunan doa untuk melawan kemungkaran itu, dia ini justru tidak termasuk selemah-lemah iman. Meski hanya dengan berdoa, tetapi doa itu adalah sebenar-benar kemampuan maksimal yang memang mampu dia lakukan.

Pengertian hadits ini semakin meneguhkan saja kenyataan bahwa Islam selalu menekankan untuk berusaha semaksimal atau sesempurna mungkin dalam melakukan sesuatu. Sampai mentok batas kemampuan kita. Tidaklah termasuk maksimal jika kita hanya menyumbang 1.000 rupiah, padahal mampu 10.000 rupiah. Tidaklah termasuk maksimal jika kita kaum lelaki sholat di rumah, padahal rumah dekat masjid.

Tuntutan maksimal itu juga tersirat dari sebuah hadits riwayat Abu Dawud dari Abdullah bin Umi Maktum dimana dia meminta keringanan berjamaah ke masjid kepada Nabi shollallôhu ‘alaihi wasallam dengan berkata, “Wahai Rasulullah, aku adalah orang yang buta dan jauh rumahnya. Sedangkan aku memiliki penuntun yang tidak selalu bersamaku. Apakah aku shalat di rumahku?” Rasulullah shollallôhu ‘alaihi wasallam bertanya, “Apakah engkau mendengar adzan?” Ia menjawab, “Ya.” Maka beliau shollallôhu ‘alaihi wasallam bersabda, “Kalau begitu aku tidak mendapatkan rukhshah untukmu.” (H.R. Abu Dawud)

Sudah rumah jauh dari masjid, buta lagi. Tetapi tuntutan untuk berjamaah ke masjid tetap berlaku karena dia mendengar adzan. Dalam riwayat lain, Abdullah bin Umi Maktum juga memberikan alasan tentang banyaknya binatang buas di jalan dan juga sulitnya perjalanan dari rumahnya ke masjid karena melewati kebun kurma dan semak belukar (padahal dia buta dan tak punya penuntun). Tetapi jawaban Rasulullah shollallôhu ‘alaihi wasallam tetap. “Apakah engkau mendengar hayya ‘alash sholâh, hayya ‘alal falâh? Kalau ya, maka segeralah engkau penuhi panggilan itu!”

Hadits tersebut memang berbicara soal pentingnya shalat berjamaah ke masjid. Tetapi tersirat di dalamnya bahwa penunaian shalat berjamaah itu menuntut upaya maksimal: bahkan yang buta, rumah jauh, hadangan binatang buas, kebun, dan semak belukar tetap diminta Nabi datang ke masjid.

Kiranya hadits tentang nahi munkar di atas inilah yang karena tidak maksimal pelaksanaannya, maka bentuk-bentuk kezhaliman dan kemungkaran semakin bertebaran di sekitar kita. Seringkali kita malah berpikiran, toh itu bukanlah urusan kita, tetapi urusan pemerintah atau pemimpin masyarakat. Kadang kalau kita ikut cawe-cawe malah justru mengancam keselamatan kita. Walhasil, yang memiliki kekuasaan memilih menasihati atau berdoa saja. Yang bisa menasihati memilih berdoa saja. Dan semua orang mestinya mampu berdoa — karena berdoa tidak bermodal apa-apa. Tetapi kiranya semua orang yang mampu berdoa pun sebagian kecil saja dari mereka yang secara sukarela mau melakukannya.

Jadilah kita, jangan-jangan semuanya, seluruhnya, jatuh ke dalam kategori “selemah-lemah iman” itu. Na’ûdzu billâhi min dzâlik!

Taubat Nasuha

Sesungguhnya tidak satu manusia pun di alam ini yang terbebas dari dosa walaupun kecil. Namun demikian Allah swt dengan rahmatnya kepada hamba-hamba-Nya selalu memberikan kepada mereka yang berbuat dosa kesempatan untuk bertaubat dari segala dosa dan kesalahan. Allah selalu membukakan pintu taubat-Nya bagi hamba-hamba-Nya yang mau bertaubat selama ruhnya belum berada di kerongkongan atau matahari terbit dari barat.

Taubat dari dosa menurut Al Ghozali adalah kembali kepada Sang Maha Penutup aib dan Yang Maha Mengetahui yang ghaib (Allah swt). Ia merupakan awal perjalan orang-orang yang berjalan, modal orang-orng sukses, langkah awal para pencinta kebaikan, kunci istiqomah orang-orang yang cenderung kepada-Nya, awal pemilihan dari orang-orang yang mendekatkan dirinya, seperti bapak kita Adam as dan seluruh para Nabi.(Ihya Ulumuddin juz IV hal 3)

Tentunya taubat seorang yang berdosa hendaklah dilakukan secara serius dan sungguh-sungguh bukan bertaubat kemudian dengan mudahnya dia mengulangi lagi perbuatan maksiatnya. Inilah yang disebut dengan Taubat Nashuha artinya taubat yang sebenar-benarnya, murni dan tulus, sebagaimana firman Allah swt,”Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Rabb Kami, sempurnakanlah bagi Kami cahaya Kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS. At Tahrim : 8)

Dosa yang dilakukan seorang manusia baik yang terkait dengan Allah swt, seperti : tidak menjalankan perintah-perintah-Nya ataupun dosa yang terkait dengan manusia lainnya, seperti : mencuri harta bendanya dan lainnya, menuntutnya untuk melakukan taubat agar Allah swt memberikan ampunan kepadanya dan manusia yang dizhalimi tersebut memberikan pemaafan kepadanya.
Cara-cara melakukan taubat nashuha :

1. Meninggalkan kemaksiataan yang dilakukannya.
2. Menyesali perbuatannya.
3. Bertekad kuat untuk tidak mengulangi lagi selama-lamanya.
4. Jika terkait dengan hak-hak orang lain maka hendaklah ia mengembalikannya kepada yang memilikinya.

Wallahu A’lam

Asmaul Husna

Di dalam kitab suci Al-Qur'an Allah SWT disebut juga dengan nama-nama sebutan yang berjumlah 99 nama yang masing-masing memiliki arti definisi / pengertian yang bersifat baik, agung dan bagus. Secara ringkas dan sederhana Asmaul Husna adalah sembilanpuluhsembilan nama baik Allah SWT.



Firman Allah SWT dalam surat Al-Araf ayat 180 :

"Allah mempunyai asmaul husna, maka bermohonlah kepadaNya dengan menyebut asmaul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-namaNya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan".





Berikut ini adalah 99 nama Allah SWT beserta artinya :



1. Ar-Rahman (Ar Rahman) Artinya Yang Maha Pemurah

2. Ar-Rahim (Ar Rahim) Artinya Yang Maha Mengasihi

3. Al-Malik (Al Malik) Artinya Yang Maha Menguasai / Maharaja Teragung

4. Al-Quddus (Al Quddus) Artinya Yang Maha Suci

5. Al-Salam (Al Salam) Artinya Yang Maha Selamat Sejahtera

6. Al-Mu'min (Al Mukmin) Artinya Yang Maha Melimpahkan Keamanan

7. Al-Muhaimin (Al Muhaimin) Artinya Yang Maha Pengawal serta Pengawas

8. Al-Aziz (Al Aziz) Artinya Yang Maha Berkuasa

9. Al-Jabbar (Al Jabbar) Artinya Yang Maha Kuat Yang Menundukkan Segalanya

10. Al-Mutakabbir (Al Mutakabbir) Artinya Yang Melengkapi Segala kebesaranNya

11. Al-Khaliq (Al Khaliq) Artinya Yang Maha Pencipta

12. Al-Bari (Al Bari) Artinya Yang Maha Menjadikan

13. Al-Musawwir (Al Musawwir) Artinya Yang Maha Pembentuk

14. Al-Ghaffar (Al Ghaffar) Artinya Yang Maha Pengampun

15. Al-Qahhar (Al Qahhar) Artinya Yang Maha Perkasa

16. Al-Wahhab (Al Wahhab) Artinya Yang Maha Penganugerah

17. Al-Razzaq (Al Razzaq) Artinya Yang Maha Pemberi Rezeki

18. Al-Fattah (Al Fattah) Artinya Yang Maha Pembuka

19. Al-'Alim (Al Alim) Artinya Yang Maha Mengetahui

20. Al-Qabidh (Al Qabidh) Artinya Yang Maha Pengekang

21. Al-Basit (Al Basit) Artinya Yang Maha Melimpah Nikmat

22. Al-Khafidh (Al Khafidh) Artinya Yang Maha Perendah / Pengurang

23. Ar-Rafi' (Ar Rafik) Artinya Yang Maha Peninggi

24. Al-Mu'izz (Al Mu'izz) Artinya Yang Maha Menghormati / Memuliakan

25. Al-Muzill (Al Muzill) Artinya Yang Maha Menghina

26. As-Sami' (As Sami) Artinya Yang Maha Mendengar

27. Al-Basir (Al Basir) Artinya Yang Maha Melihat

28. Al-Hakam (Al Hakam) Artinya Yang Maha Mengadili

29. Al-'Adl (Al Adil) Artinya Yang Maha Adil

30. Al-Latif (Al Latif) Artinya Yang Maha Lembut serta Halus

31. Al-Khabir (Al Khabir) Artinya Yang Maha Mengetahui

32. Al-Halim (Al Halim) Artinya Yang Maha Penyabar

33. Al-'Azim (Al Azim) Artinya Yang Maha Agung

34. Al-Ghafur (Al Ghafur) Artinya Yang Maha Pengampun

35. Asy-Syakur (Asy Syakur) Artinya Yang Maha Bersyukur

36. Al-'Aliy (Al Ali) Artinya Yang Maha Tinggi serta Mulia

37. Al-Kabir (Al Kabir) Artinya Yang Maha Besar

38. Al-Hafiz (Al Hafiz) Artinya Yang Maha Memelihara

39. Al-Muqit (Al Muqit) Artinya Yang Maha Menjaga

40. Al-Hasib (Al Hasib) Artinya Yang Maha Penghitung

41. Al-Jalil (Al Jalil) Artinya Yang Maha Besar serta Mulia

42. Al-Karim (Al Karim) Artinya Yang Maha Pemurah

43. Ar-Raqib (Ar Raqib) Artinya Yang Maha Waspada

44. Al-Mujib (Al Mujib) Artinya Yang Maha Pengkabul

45. Al-Wasi' (Al Wasik) Artinya Yang Maha Luas

46. Al-Hakim (Al Hakim) Artinya Yang Maha Bijaksana

47. Al-Wadud (Al Wadud) Artinya Yang Maha Penyayang

48. Al-Majid (Al Majid) Artinya Yang Maha Mulia

49. Al-Ba'ith (Al Baith) Artinya Yang Maha Membangkitkan Semula

50. Asy-Syahid (Asy Syahid) Artinya Yang Maha Menyaksikan

51. Al-Haqq (Al Haqq) Artinya Yang Maha Benar

52. Al-Wakil (Al Wakil) Artinya Yang Maha Pentadbir

53. Al-Qawiy (Al Qawiy) Artinya Yang Maha Kuat

54. Al-Matin (Al Matin) Artinya Yang Maha Teguh

55. Al-Waliy (Al Waliy) Artinya Yang Maha Melindungi

56. Al-Hamid (Al Hamid) Artinya Yang Maha Terpuji

57. Al-Muhsi (Al Muhsi) Artinya Yang Maha Penghitung

58. Al-Mubdi (Al Mubdi) Artinya Yang Maha Pencipta dari Asal

59. Al-Mu'id (Al Muid) Artinya Yang Maha Mengembali dan Memulihkan

60. Al-Muhyi (Al Muhyi) Artinya Yang Maha Menghidupkan

61. Al-Mumit (Al Mumit) Artinya Yang Mematikan

62. Al-Hayy (Al Hayy) Artinya Yang Senantiasa Hidup

63. Al-Qayyum (Al Qayyum) Artinya Yang Hidup serta Berdiri Sendiri

64. Al-Wajid (Al Wajid) Artinya Yang Maha Penemu

65. Al-Majid (Al Majid) Artinya Yang Maha Mulia

66. Al-Wahid (Al Wahid) Artinya Yang Maha Esa

67. Al-Ahad (Al Ahad) Artinya Yang Tunggal

68. As-Samad (As Samad) Artinya Yang Menjadi Tumpuan

69. Al-Qadir (Al Qadir) Artinya Yang Maha Berupaya

70. Al-Muqtadir (Al Muqtadir) Artinya Yang Maha Berkuasa

71. Al-Muqaddim (Al Muqaddim) Artinya Yang Maha Menyegera

72. Al-Mu'akhkhir (Al Muakhir) Artinya Yang Maha Penangguh

73. Al-Awwal (Al Awwal) Artinya Yang Pertama

74. Al-Akhir (Al Akhir) Artinya Yang Akhir

75. Az-Zahir (Az Zahir) Artinya Yang Zahir

76. Al-Batin (Al Batin) Artinya Yang Batin

77. Al-Wali (Al Wali) Artinya Yang Wali / Yang Memerintah

78. Al-Muta'ali (Al Muta Ali) Artinya Yang Maha Tinggi serta Mulia

79. Al-Barr (Al Barr) Artinya Yang banyak membuat kebajikan

80. At-Tawwab (At Tawwab) Artinya Yang Menerima Taubat

81. Al-Muntaqim (Al Muntaqim) Artinya Yang Menghukum Yang Bersalah

82. Al-'Afuw (Al Afuw) Artinya Yang Maha Pengampun

83. Ar-Ra'uf (Ar Rauf) Artinya Yang Maha Pengasih serta Penyayang

84. Malik-ul-Mulk (Malikul Mulk) Artinya Pemilik Kedaulatan Yang Kekal

85. Dzul-Jalal-Wal-Ikram (Dzul Jalal Wal Ikram) Artinya Yang Mempunyai Kebesaran dan Kemuliaan

86. Al-Muqsit (Al Muqsit) Artinya Yang Maha Saksama

87. Al-Jami' (Al Jami) Artinya Yang Maha Pengumpul

88. Al-Ghaniy (Al Ghaniy) Artinya Yang Maha Kaya Dan Lengkap

89. Al-Mughni (Al Mughni) Artinya Yang Maha Mengkayakan dan Memakmurkan

90. Al-Mani' (Al Mani) Artinya Yang Maha Pencegah

91. Al-Darr (Al Darr) Artinya Yang Mendatangkan Mudharat

92. Al-Nafi' (Al Nafi) Artinya Yang Memberi Manfaat

93. Al-Nur (Al Nur) Artinya Cahaya

94. Al-Hadi (Al Hadi) Artinya Yang Memimpin dan Memberi Pertunjuk

95. Al-Badi' (Al Badi) Artinya Yang Maha Pencipta Yang Tiada BandinganNya

96. Al-Baqi (Al Baqi) Artinya Yang Maha Kekal

97. Al-Warith (Al Warith) Artinya Yang Maha Mewarisi

98. Ar-Rasyid (Ar Rasyid) Artinya Yang Memimpin Kepada Kebenaran

99. As-Sabur (As Sabur) Artinya Yang Maha Penyabar / Sabar

Pacaran Versus Ta'aruf

“Yang paling utama dan paling agung adalah cinta karena Allah dan bagi Allah, Cinta mengharuskan cinta terhadap apa yang dicintai Allah, mengharuskan cinta kepada Allah dan Rasulnya. Ada pula cinta karena ada kesamaan jalan, madzhab/harokah/firqah, kerabat, keahlian, tujuan dan lain seabagainya. Ada pula cinta untuk mendapatkan tujuan tertentu dari orang yang dicintai, entah kedudukan, harta, tuntunan, atau pengajarannya. Yang demikian itu merupakan cinta yang hanya tampak di permukaan, yang terlalu cepat sirna karena sirnanya sebab.” (Zaadul Ma’ad; Ibnul Qoyyim Al-Jauziyah hal 321)

Dan Allah telah berfirman:

“Dan di antara manusia ada orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah mereka mencintainya sebagaimana mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah.” (QS. Al-Baqarah: 165)

“Tidaklah aku meninggalkan fitnah sepeninggalku yang lebih berbahaya bagi kaum laki-laki yaitu fitnah (godaan) wanita.” (HR. Bukhori dan Muslim, dari Usamah bin Zaid radhiyallahu ‘anhuma)

Pembahasan ini terkait dengan pendekatan sebelum pernikahan,di pembahasan sebelumnya Pacaran adalah perbuatan yang di haramkan dengan melihat fakta dilapangan, yaitu berdua-duan dalam satu tempat, saling pandang memandang, dan adanya interaksi sentuh menyentuh, dll. Yang semuanya adalah dilarang/Haram oleh agama. Hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ini mewakili hal yang tidak diperbolehkan tersebut :

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Telah ditulis bagi setiap Bani Adam bagiannya dari zina, pasti dia akan melakukannya, kedua mata zinanya adalah memandang, kedua telinga zinanya adalah mendengar, lidah(lisan) zinanya adalah berbicara, tangan zinanya adalah memegang, kaki zinanya adalah melangkah, sementara kalbu berkeinginan dan berangan-angan, maka kemaluan lah yang membenarkan atau mendustakan.”(HR. Bukhori dan Muslim)

Hadits ini menunjukkan bahwa memandang wanita yang tidak halal untuk dipandang meskipun tanpa syahwat adalah zina mata . Mendengar ucapan wanita (selain istri) dalam bentuk menikmati adalah zina telinga. Berbicara dengan wanita (selain istrinya) dalam bentuk menikmati atau menggoda dan merayunya adalah zina lisan. Menyentuh wanita yang tidak dihalalkan untuk disentuh baik dengan memegang atau yang lainnya adalah zina tangan. Mengayunkan langkah menuju wanita yang menarik hatinya atau menuju tempat perzinaan adalah zina kaki. Sementara kalbu berkeinginan dan mengangan-angankan wanita yang memikatnya, maka itulah zina kalbu. Kemudian boleh jadi kemaluannya mengikuti dengan melakukan perzinaan yang berarti kemaluannya telah membenarkan; atau dia selamat dari zina kemaluan yang berarti kemaluannya telah mendustakan. (Syarh Riyadhus Shalihin An-Nawawi; Syaikh Shalih Al-Utsaimin, hadits no. 1619)

Pacaran sendiri adalah budaya dan peradaban jahiliah yang dilestarikan oleh orang-orang kafir di negeri Barat dan lainnya, kemudian diikuti oleh sebagian umat Islam (kecuali orang-orang yang dijaga oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala),

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: “Barang siapa meniru suatu kaum maka dia termasuk golongan mereka.” (HR. Abu Dawud)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menjelaskan bahwa hadits di atas menetapkan haramnya meniru mereka (golongan kaum musyrik dan kafir). Barang siapa yang meniru perbuatan golongan lain (selain Islam) yang menjadi ciri golongan tersebut, maka perbuatan semacam itu dilarang/Haram. (Mukhtarat min Kitab Iqtidha’ Ash-Sirathal Mustaqim Mukhalafatu Ash-habil Jahim; Ibnu Taimiyah)

Dalam pacaran tidak ada aturan yang jelas, kalaupun ada aturan yang ditentukan kedua belah pihak(orang yg berpacaran) maka aturan itu tidak ada jaminan untuk tidak melanggar Syari’at, dan juga menjadi jalan tersubur bagi pembuka perbuatan Zina yang telah dijelaskan di atas. Itu dikarenakan sifat pacaran yang tidak memiliki tata aturan yang baku alias tergantung kesepakatan kedua belah pihak (orang yang berpacaran), berbeda dengan Ta’aruf dia memiliki tata cara dan batasan yang telah ditentukan oleh Syari’at sehingga ada jaminan orang yang melakukan ini (Ta’aruf) terhindar dari perbuatan dosa.

Pacaran juga sesuatu yang buruk dilihat dari tujuaannya dimana banyak yang pacaran hanya dengan tujuan untuk senang-senang saja, atau untuk bermain-main, yang intinya tidak ada jaminan untuk serius dalam mengekspresikan Cinta yang Agung yaitu menikah. Sedangkan Ta’aruf sendiri tujuannya adalah untuk serius untuk mengenal calon istri yang didasari niat Ibadah yaitu jalan untuk Menikah. Saya jadi pengen bilang kalau benar-benar Cinta kenapa tidak Ta’aruf dan dilanjutkan menikah??Gitu aja kok Repot,hehe….

Adapun cara yang ditunjukkan oleh syariat untuk mengenal (Ta’aruf) dengan wanita yang hendak dilamar adalah dengan mencari keterangan tentang yang bersangkutan melalui seseorang yang mengenalnya atau dari wanita itu sendiri, dengan melihat kriteria wanita tersebut sebagaiman Hadits dari Abu Hurairah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:

Wanita dinikahi karena empat faktor, yakni karena harta kekayaannya, karena kedudukannya, karena kecantikannya, dan karena agamanya. Hendaklah memilih wanita yang taat beragama, maka engkau akan berbahagia. (HR. Bukhori dan Muslim)

“Menikahlah dengan orang yang berpotensi memiliki keturunan dan yang senantiasa mencurahkan mawaddah (cinta) kasih kepadamu ” (HR. Ahmad dan Ibnu Hibban)

Dan juga hal-hal lain seperti mengetahui biografi (riwayat hidup), karakter, sifat, atau hal lainnya yang dibutuhkan dan diketahui demi baiknya pernikahan. Bisa pula dengan cara meminta keterangan kepada wanita itu sendiri melalui perantaraan seseorang seperti istri teman atau saudara kandung dari wanita tersebut, atau tetangga si wanita ataupun pihak-pihak lain yang dapat member penjelasan. Dan pihak yang dimintai keterangan berkewajiban untuk menjawab se-obyektif mungkin, meskipun harus membuka aib wanita tersebut karena ini bukan termasuk dalam kategori ghibah yang tercela. Hal ini termasuk dari enam perkara yang dikecualikan dari ghibah, meskipun menyebutkan aib seseorang. Demikian pula sebaliknya dengan pihak wanita yang berkepentingan untuk mengenal lelaki yang berhasrat untuk meminangnya, dapat menempuh cara yang sama seperti diatas.

Dalil yang menunjukkan hal ini adalah hadits dari Fathimah bintu Qais ketika dilamar oleh Mu’awiyah bin Abi Sufyan dan Abu Jahm, lalu dia minta nasehat kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam maka beliau bersabda:

“Adapun Abu Jahm, maka dia adalah lelaki yang tidak pernah meletakkan tongkatnya dari pundaknya . Adapun Mu’awiyah, dia adalah lelaki miskin yang tidak memiliki harta. Menikahlah dengan Usamah bin Zaid.” (HR. Muslim)

Selain itu juga sebelum meminang seorang wanita, laki-laki disunahkan untuk melihatnya untuk mengetahui sendiri keadaan fisik dari wanita yang akan dipinag. Sebagaimana 2 Hadits dibawah ini:

Abu Hurairah mengatakan:”Saya pernah di tempat kediaman Nabi, kemudian tiba-tiba ada seorang laki-laki datang memberitahu, bahwa dia akan kawin dengan seorang perempuan dari Anshar, maka Nabi bertanya: Sudahkah kau lihat dia? Ia mengatakan: Belum! Kemudian Nabi mengatakan: Pergilah dan lihatlah dia, karena dalam mata orang-orang Anshar itu ada sesuatu.” (HR. Muslim)

Mughirah bin Syu’bah meriwayatkan, bahwa dia pernah meminang seorang perempuan. Kemudian Nabi s.a.w. mengatakan kepadanya:

“Lihatlah dia! Karena melihat itu lebih dapat menjamin untuk mengekalkan kamu berdua.”

Kemudian Mughirah pergi kepada dua orang tua perempuan tersebut, dan memberitahukan apa yang diomongkan di atas, tetapi tampaknya kedua orang tuanya itu tidak suka. Si perempuan tersebut mendengar dari dalam biliknya, kemudian ia mengatakan: Kalau Rasulullah menyuruh kamu supaya melihat aku, maka lihatlah. Kata Mughirah: Saya lantas melihatnya dan kemudian mengawininya. (HR. Ahmad, Ibnu Majah, Tirmidzi dan ad-Darimi).

Dalam hadis ini Rasulullah tidak menentukan batas ukuran yang boleh dilihat, baik kepada Mughirah maupun kepada lain-lainnya. Justru itu sebagian ulama ada yang berpendapat: yang boleh dilihat yaitu muka dan dua telapak tangan, tetapi muka dan dua telapak tangan yang boleh dilihat itu tidak ada syahwat pada waktu tidak bermaksud meminang. Dan selama peminangan itu dikecualikan yaitu dibolehkan hal yang dilarang tadi, maka sudah seharusnya si laki-laki tersebut boleh melihat lebih banyak dari hal-hal yang biasa. Dalam hal ini Rasulullah s.a.w. pernah bersabda dalam salah satu hadisnya sebagai berikut:

“Apabila salah seorang di antara kamu hendak meminang seorang perempuan, kemudian dia dapat melihat sebahagian apa yang kiranya dapat menarik untuk mengawininya, maka kerjakanlah.” (HR. Abu Daud dan di Sahihkan oleh Al-Hakim)

“Sementara ulama ada yang sangat ekstrim dalam memberikan kebebasan batas yang boleh dilihat, dan sementara ada juga yang ekstrim dengan mempersempit dan keras. Tetapi yang lebih baik ialah tengah-tengah. Justru itu sebagian ahli penyelidik memberikan batas, bahwa seorang laki-laki di zaman kita sekarang ini boleh melihat perempuan yang hendak dipinang dengan berpakaian yang boleh dilihat oleh ayah dan mahram-mahramnya yang lain yaitu dengan boleh melihat wanita itu dalam keadaan melepas jilbabnya.”(Halal-Haram; Syaikh Yusuf Al-Qardhawi)

Dan dalam ta’aruf seseorang tidak diperbolehkan berpergian hanya berdua saja, kecuali ada mahram dari si wanita yang menemani. Ini adalah larangan terkait berkhalwat(berdua-duan) sebagaimana hadits dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam;

“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka jangan sekali-kali dia bersendirian dengan seorang perempuan yang tidak bersama mahramnya, karena yang ketiganya ialah syaitan. ” (HR. Bukhari, Muslim, dan Ahmad)

Maka perbedaannya (Pacaran dan Ta’aruf) adalah terkait niat, dan batasannya. Pacaran Niatnya kebanyakan adalah untuk main-main atau kata lain gak ada niat Ibadahnya, sedangkan Ta’aruf niatnya memang untuk Ibadah (menikah karena cinta kepada Allah). Pacaran tidak ada batasan yang jelas, sedangkan Ta’aruf ada batasan untuk tidak boleh berkhalwat (Berdua-duan tanpa di dampingi mahram, baik di rumah ataupun ketika pergi jalan-jalan keluar).

Wallah a‘lam bi ash-shawab